Selfie, Antara Peluang dan Tantangan

Selfie, Antara Peluang dan Tantangan

Oleh : Moh. Asykuri, S.Pd.I., MM.

Fenomena foto selfie yang diunggah di jejaring sosial baik WhatsApp, Facebook, Path, Twitter khususnya di Instagram, membawa dampak positif dan negatif dalam berbagai bidang baik dalam dimensi moral, sosial, ekonomi, dan lainnya. Pertanyaannya, bagaimana peluang dan tantanganya dari generasi selfie saat ini?

Kata Selfie, pertama kali dicetuskan oleh Sigmud Freud. (Hargenhahn, 2013) Selfie digunakan untuk seseorang yang mengambil foto dirinya sendiri. Di dunia istilah selfie digunakan mulai tahun 2002 dan di Indonesia mulai tahun 2013. Menurut BBC (2013) frekuensi penggunaan kata selfie meningkat 17.000% pada tahun 2012. Bahkan pada 19 Nopember 2013, Oxford Dictionary menjadikan selfie sebagai “Kata Tahun 2013” (Word of the Year).

Hasil Pew Research Center yang mengulas tren dan demografi sosial dirilis 7 Maret 2014 lalu mengungkap fakta bahwa rata-rata, Generasi Milenial (diklasifikasikan sebagai yang lahir setelah 1980, kira-kira berusia 18 sampai 34) menjadi duta penting kebiasaan selfie. Sedihnya, generasi ini juga mewakili apa yang disebut sebagai “kelompok abai yang terlalu percaya diri”. (Pew Research Center, 2014).

Generasi selfie dapat menjadi sebuah “peluang” ekonomi dan bisnis jika disikapi dengan cerdas. Karena dengan trennya generasi “selfie” ratusan bahkan jutaan rupiah dapat dihasilkan. Sekarang ini banyak wahana-wahana baik satu atau bahkan empat dimensi bermunculan di Indonesia bahkan di manca negara yang dibuat oleh kalangan wirausahawan diperuntukkan bagi para pengunjung yang demam selfie ini.

Di Inggris hanya dengan membayar 10 poundsterling (kira-kira Rp. 175.000.00) dapat berfoto sepuasnya di wahana Selfie Factory (pabrik selfie). Di wahana tersebut terdapat 20 booth tematik dengan latar belakang unik dan berbeda, dinding berbentuk donat hingga restoran bergaya era 50-an atau wahana di London Eye.

Di Jakarta ada Taman Mini Indonesia Indah, Taman Impian Jaya Ancol, dan lain-lain. Di Lamongan ada Wisata Bahari Lamongan (WBL), Wisata Education Waduk Gondang (WEGO), dan lainya, selanjutnya di Malang ada Jatim Park 1, 2 dan 3 dan masih banyak wisata lainnya. Di Banyuwang terdapat Samudra Selfie, Dira Funtastic Night dan lain-lain. Bukan hanya di kota besar, tetapi di wilayah pedesaanpun wahana atau wisata selfie saat ini sangat menjamur dan terus berkembang karena generasi selfie ini.

Sebaliknya generasi selfie akan menjadi tantangan tersendiri di era sekarang. Diantara tantangan dari para generasi selfie adalah akan terjangkit sindrom narsisme, psikopatik, dan objektivitas diri berlebihan.

Narsisme adalah cinta diri sendiri yang sangat ekstrim, paham yang menganggap diri sendiri sangat superior dan sangat penting ada extreme self-impotency. (Kartono, 2000). Orang yang berperilaku narsisme cenderung menjadi sangat self-consciousness, yakni perhatian yang sangat berlebihan pada diri sendiri dan apabila kecenderungan ini semakin gawat maka akan muncul Imaginary Audience dalam pikirannya. (Chaplin, 2003). Atau narsisme adalah keasyikan diri atau perasaan bahwa dirinya lebih baik dari orang lain, dengan motif ingin dikagumi oleh orang lain, dan berpartisipasi dalam pemikiran dan tingkah laku yang egois. (Sandler, dkk (ed), 2012).

Ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor Twenge dari San Diego State University menunjukkan bahwa generasi selfie (generasi Y, lahir tahun 1980- 1994) dari level kenarsisan dalam beberapa dekade ini meningkat. menjadi lebih egois dan menyerap semua yang ada lebih dari generasi sebelumnya (Firestone, 2012).

Sedangkan psikopatik adalah gangguan kepribadian yang merusak hubungan sosial, egosentris, manipulatif, kebohongan, kurangnya rasa empati, tidak memiliki rasa bersalah atau penyesalan, serta kecenderungan untuk melanggar norma dan pernyataan umum yang legal. (Dirgagunarsa: 1998).

Dikuatkan dengan studi yang dilakukan oleh Jesse Fox dan Margaret C Rooney dari Ohio State University pada 2015. Penelitian ini menganalisis hubungan antara kesukaan pada mengunggah dan mengedit (crop, filter) selfie terhadap kepribadian seseorang. Survei dilakukan kepada 1.000 responden usia 18-40 tahun. Hasil penelitian (Fox dan Rooney, 2015) menunjukkan orang yang sering mengedit foto dan mengunggahnya ke media sosial kemungkinan besar memiliki setidaknya tiga gangguan kejiwaan yaitu narsisme, psikopatik, dan objektivitas diri yang disebut Dark Triad. (Editor: Ibnu Nadzir).

CC : https://drive.google.com/drive/folders/14zI5dCMBi9eJ4coB8xjdBmUPpAgav7aF

Team ICT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *