Manisnya Bisnis Kedai Kopi (Peluang Bisnis Menjanjikan)

Manisnya Bisnis Kedai Kopi (Peluang Bisnis Menjanjikan)

Oleh : Moh. Asykuri, S.Pd.I., MM.

Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan menghabiskan waktu di warung kopi sambil menikmati berbagai fasilitas yang tersedia seakan telah menjadi gaya hidup bagi berbagai kalangan dari berbagai profesi dan generasi di dunia.

Dewasa ini, warung kopi tidak hanya menyediakan minuman kopi dengan cita rasa yang nikmat, namun juga berbagai fasilitas seperti free Wi-Fi, TV satelit, layar lebar untuk menonton pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain sebagainya.

Sejumlah penelitian di belahan dunia bahkan melihat fenomena warung kopi ini sebagai “tempat ketiga” setelah rumah dan kantor, sebagai sebuah institusi yang memungkinkan interaksi sosial terjadi di dalamnya. Di samping itu, pertumbuhan dari sebuah organisasipun melihat adanya keuntungan yang diperoleh dari fenomena “tempat ketiga” ini terhadap peluang dan keuntungan bagi hubungan sebuah organisasi dengan para karyawannya dalam melihat kebutuhan publik.

Salah satu pendatang baru yang turut meramaikan bisnis kedai kopi adalah Michael Alfredo dengan nama “Kedai 27”. Didirikan di kota pahlawan, Kedai 27 dibuat untuk menjangkau pasar penikmat kopi kelas bawah sampai kelas atas yang menginginkan suasana yang lebih nyaman dari sekedar warung kopi pinggir jalan.

Kedai 27 ditargetkan akan mencapai Return Of Investment (ROI) atau balik modal dalam 14 bulan saja. Dengan asumsi omzet penjualan sebesar Rp 1,25 juta/hari maka franchisee akan mendapatkan omzet sebesar Rp 37,5 juta/bulan. Setelah dikurangi biaya operasional, sewa tempat dan management fee sebesar 10% dari omzet, maka akan meraup keuntungan bersih sebesar Rp 10 juta/bulan atau sekitar 27% dari omzet. Kedai 27 kini telah memiliki 16 cabang dan 4 mitra yang tersebar di Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, Banyuwangi, Pontianak dan Palu.

Lain lagi dengan Kingkin Jiwanggo, pemuda 25 tahun ini pensiun dini dari kerja kantoran melirik potensi bisnis kedai kopi. Dia mendirikan kedai kopi dengan nama “Daddy Miss Bar” di Jalan Rambutan Raya, bilangan Kota Depok, Jawa Barat, setelah satu semester berjalan omset dari kedai kopi sudah mencapai Rp 30 juta per bulannya.

Ada 3 buah objek kedai kopi yang mewakili masing-masing kelas sosial penggunanya.

  • Kedai Kopi Tradisional (Warung Kopi)

Masyarakat yang menjadi pengguna warung kopi tradisional ini umumnya adalah masyarakat kebanyakan di Indonesia, seperti kaum lelaki, supir, tukang becak, dan lain- lain. Fasilitas kedai kopi tradisional di Indonesia sangat sederhana, hanya terdiri bangku dan meja bambu (jongko), dengan atap terpal atau asbes, dan sekelilingnya ditutup dengan kain bekas spanduk atau spanduk bekas promosi produk tertentu yang terkadang tidak ada hubungannya dengan produk kopi, dan dilengkapi dengan pencahayaan ala kadarnya/remang-remang.

Untuk meracik kopi, mereka tidak menggunakan seorang barista atau ahli minuman, terkadang hanya kopi hitam yang diseduh dengan air panas dan gula, terkadang juga disajikan dengan susu. Menu pendamping yang biasa ada untuk menemani minum kopi di sini biasanya adalah gorengan, roti bakar, dan cemilan sederhana lainnya.

Dalam menyajikan kopinya, biasanya mereka menggunakan gelas kecil dan piring kecil (leper) untuk alasnya, menggunakan tutup gelas dari bahan stainless atau melamin, yang tidak cocok warna maupun bentuknya satu sama lainnya. Harga yang mereka tawarkan untuk satu gelas kopi, biasanya tidak mahal sekitar Rp 1000 sampai Rp 1500, tergantung harga satu sachet kopi yang dipilih ditambah ongkos seduh air dan gula.

  • Kedai Kopi : Starbucks (sebagai wakil kedai kopi kelas atas)

Konsep ruang yang biasa ditawarkan adalah konsep lounge café, dengan menempatkan sofa-sofa empuk di dalam ruangan atau konsep meja dan kursi taman untuk bagian outdoornya. Pencahayaan ruang yang ditampilkan lebih ke arah putih ke warm, dan warna ruang biasanya didominasi dengan warna hijau muda dan putih. Selain itu sudah menjadi standar fasilitas Starbucks menyediakan fasilitas Internet Wi-fi).

Menu kopi yang ditawarkan cukup beragam, seperi jenis hot coffee dan cold coffee dan desain penyajiannya sangat menarik dan menggugah selera serta diberi logo Starbucks, sebagai tanda atau ciri khas perangkat minum ataupun makannya. Mereka sudah menggunakan standar rasa dan menggunakan jasa barista yang cukup handal. Mereka juga menawarkan beberapa jenis makanan pendamping, seperti roti dan pastry.

Harga yang ditawarkan untuk satu gelas kopi Starbucks dapat dinilai “sangat” mahal harga yang ditawarkan kurang lebih Rp 40.000-Rp 50.000 satu gelasnya.

  • Kedai Kopi: Ngopi Doeloe (sebagai wakil kedai kopi untuk kelas menengah)

Kedai kopi “Ngopi Doeloe”, dapat dikategorikan sebagai wakil kedai kopi untuk kelas menengah. Keberadaannya membuat masyarakat dengan kelas sosial menengah dapat menikmati racikan kopi dan suasana “ala Starbucks” dengan harga yang masih terjangkau. Menu yang tawarkan di Ngopi Doeloe cukup beragam, termasuk hot coffee, cold coffee, dan minuman lainnya seperti jus. Selain menawarkan beragam jenis ramuan kopi, mereka juga menawarkan beberapa jenis makanan pendamping, baik makan berat maupun ringan. Harga produk minuman yang ditawarkan cukup beragam, namun masih pada range yang masih terjangkau. Satu gelas kopinya sekitar Rp 12.000-Rp 18.000.

Dari uraian diatas kedai kopi ada beraneka konsep dan harga ini merupakan peluang bisnis menjanjikan bagi siapa saja yang mempunyai jiwa wirausahan, kapan dan dimanapun berada.

CC : https://drive.google.com/drive/folders/14zI5dCMBi9eJ4coB8xjdBmUPpAgav7aF

Team ICT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *