Menangkal Radikalisme Dengan Jiwa Wirausaha

Menangkal Radikalisme Dengan Jiwa Wirausaha

Oleh : Moh. Asykuri, S.Pd.I., MM.

Peringatan 17 Agustus merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945, kita telah memproklamirkan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Sebuah kemerdekaan yang harus kita raih dengan ceceran darah dan jutaan nyawa yang telah mereka pertaruhkan demi kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia yang tercinta ini.

Menurut hemat penulis, kita masih belum menjadi bangsa yang merdeka secara utuh, sebab banyak sekali kemerdekaan yang terampas oleh sekelompok orang yang memaksakan kehendak sesuai keinginan kelompoknya. Gerakan teroris, radikalisme, kapitalisme, dan lainnya sangat mengganggu kemerdekaan kita.

Akhir-akhir ini marak di tengah-tengah masyarakat paham radikalisme yang mengancam kebhinekaan dan NKRI. Paham liberalisme dan kapitalisme pun menjangkiti bangsa Indonesia. Kesenjangan sosial dan keadilan juga makin tajam di negeri ini. Kebebasan yang “kebablasan”, dan fenomena yang kaya makin kaya dan yang miskin semakin tertindas menjadi mudahnya gerakan radikalisme di Indonesia.

Istilah radikalisme berasal dari bahsa Latin radix yang berarti akar. Dalam bahasa Inggris, kata radical memiliki makna ekstrim, menyeluruh fanatik, revolusioner, fundamental. Sedangkan radicalism artinya doktrin atau praktik penganut paham radikal atau paham ekstrim. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, radikalisme diartikan sebagai paham atau aliran yang menginginkan perubahan dengan cara keras atau drastis.

Radikalisme merupakan embrio lahirnya terorisme. Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai- nilai yang ada secara drastis lewat kekeraan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem.

Ada beberapa ciri yang bisa dikenali dari sikap dan paham radikal, di antaranya : 1) intoleran (tidak mau menghargai pendapat & keyakinan orang lain), 2) fanatik (selalu merasa benar sendiri; menganggap orang lain salah), 3) eksklusif (membedakan diri dari umat Islam umumnya) dan 4) revolusioner (cenderung menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan).

Faktor penyebab radikalisme menurut Yusuf Al-Qardhawi banyak sekali antara lain: 1) Pengetahuan agama yang setengah-setengah melaui proses belajar doktriner. 2) literal dalam memahami teks-teks agama sehingga kalangan radikal hanya memahami Islam dari kulitnya saja tetapi minim wawasan esensi agama. 3) Tersibuknya oleh masalah-masalah skunder memanjangkan jenggot, meninggihkan celana sembari melupakan masalah-masalah primer. 4) lemah dalam wawasan sejarah dan sosiologi sehingga fatwa-fatwa mereka sering bertentangan dengan kemaslahatan umat, akal sehat, dan semangat zaman. 5) perlawanan terhadap ketidakadilan sosial, ekonomi dan politik di tengah-tengah masyarakat. Radikalisme tidak jarang muncul sebagai ekspresi rasa frustasi dan pemberontakan terhadap ketidakadilan sosial yang disebabkan oleh mandulnya kinerja lembaga hukum.

Penulis lebih fokus pada faktor ketidakadilan sosial dan ekenomi. Faktor ini menyebabkan adanya kesenjangan sosial yang mendalam, yang kaya (kapitalisme) makin kaya dan yang miskin semakin terinjak dan miris, untuk itu diperlukan generasi yang memiliki jiwa  entrepreneurship (kewirausahaan) agar yang miskin ini tersibukan dengan mengelola usaha dan dapat tersejahterakan oleh hasil usaha yang dijalankannya.

Kata entrepreneurship sendiri sebenarnya berawal dari bahasa Prancis yaitu entreprende yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Richard Cantillon (1755). Istilah ini makin populer setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say (1803) untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat yang lebih tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi.

Islam sendiri sangat menyerukan umatnya untuk sejahtera. Islam memberikan petunjuk kepada manusia tentang bidang usaha yang halal, cara berusaha, dan bagaimana manusia harus mengatur hubungan kerja dengan sesama mereka supaya memberikan manfaat  yang baik bagi kepentingan bersama dan dapat menciptakan kesejahteraan serta kemakmuran hidup bagi segenap manusia.

Rasulullah SAW. bersabda: “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah.“Mukmin yang kuat lebih baik dari pada muslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja.”

Ruang lingkup wirausaha banyak sekali bisa dalam bidang pertanian, perkebunan/kehutanan, perikanan, peternakan, kerajinan, perindustrian, perdagangan, pertambangan dan pelayanan jasa. Salah satu contoh wirausaha yang sekarang ini yang cukup menjanjikan adalah warung kopi, bisnis online rumahan dan sebagainya.

Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan menghabiskan waktu di warung kopi sambil menikmati berbagai fasilitas yang tersedia seakan telah menjadi gaya hidup bagi berbagai kalangan dari berbagai profesi dan generasi di dunia.

Dewasa ini, warung kopi tidak hanya menyediakan minuman kopi dengan cita rasa yang nikmat, namun juga berbagai fasilitas seperti free Wi-Fi, TV satelit, layar lebar untuk menonton pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain sebagainya dan beromzet mulai ratusan ribu sampai jutaan rupiah per bulan.

Lain lagi dengan kisah inspiratif bisnis online rumahan, yaitu pasangan Yogi dan Yona merupakan salah satu pengusaha yang sukses di Blitar, Jawa Timur. Dengan hanya menjual dan berbisnis sayur di rumahnya, pasangan ini bisa meraih omset hingga Rp700 juta perbulan.

Masih banyak lagi cerita-cerita peluang bisnis yang menjanjikan dan dapat mensejahterakan perekonomian keluarga dan bangsa, sehingga ketimpangan sosial dan kemiskinan bangsa ini dapat terkurangi, sehingga aksi-aksi teroris di kampung Melayu Jakarta Selatan menjadi aksi radikalisme yang terakhir di negeri tercinta ini.

Semoga bangsa Indonesia menjadi bangsa merdeka seutuhnya sehingga bebas berkarya dan berekspresi, dan menjadi negara “Baldatun Thayyibatun wa rabbun Ghafur”, sebuah negeri yang adil, aman dan sejahtera.

CC : https://drive.google.com/drive/folders/14zI5dCMBi9eJ4coB8xjdBmUPpAgav7aF

Team ICT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *